Ceritanya malam ini saya sedang senyum-senyum sendiri, pasalnya baru saja Saya membuka dan membaca blog yang sudah lama bingits tidak dijamah, jangan kan diisi tulisan baru, ditengok saja juga sudah beberapa tahun yang lalu.

Tahun 2010 saya terakhir update cerita-cerita jenaka (ketika dibaca masa sekarang), benar kata orang bahwa cerita lalu adalah guru masa kini. Cerita yg diambil dari Kisah seseorang, ketika sudah pada waktunya cerita itu menjadi Indah, yup Indah pada waktunya.

Now I'm a blessed wife and mother, kalimat itu sekarang nyata tertulis di personal deskripsi saya. Meminjam istilah jaman sekarang, move on adalah kata yang tepat bagi kisah saya di tahun 2011. Pikiran yang positif meski kadang diselipkan sedikit drama mampu membuat hidup lebih berenergi. Kehidupan lajang saya naik tahap di penghujung tahun 2012.

Selengkapnya...

-Dari Parangtritis – Baron – Kukup –Sundak - Nampu dan Klayar - 

Tulisan ini Saya buat untuk melanjutkan postingan salah seorang kawan di forum backpacker. Dia menuliskan tentang pantai-pantai di daerah Jogja dan sekitar, beberapa pantai yang dia sebutkan pernah Saya kunjungi, diantaranya Parangtritis, Boron, Kukup, Krakal, Nampu, dan Sundak. Selain itu ada juga pantai selatan nan eksotis yang belum pernah saya kunjungi langsung yaitu Klayar.

Wonogiri adalah tempat kelahiran Saya, sehingga memungkinkan bagi Saya untuk ke pantai-pantai Selatan nan elok itu karna jaraknya yang tidak jauh dari tempat tinggal Saya. Cukup dengan perjalanan 2 sampai 3 jam saja.

Ok.. check This Out :

1.  Parangtritis
Parangtritis adalah Pantai yang terkenal di Jogja, pasirnya hitam, entah karena memang pasirnya yang hitam atau karna sudah tercemari. Pantai ini memiliki banyak mitos dan legenda sehingga untuk menghormati  penduduk yang tinggal disekitar pantai Parangtritis disarankan untuk tidak mengenakan pakaian berwarna hijau.

Terakhir Saya mengunjungi pantai ini sekitar 4 tahun yang lalu. Pasirnya hitam, suasana di sana sangat ramai oleh pengunjung dari berbagai daerah. Selain bermain ombak, berfoto ria, dan berbasah basah ria kita juga bisa bermain layang-layang, naik andong, dan tentunya bagi penggemar seafood, disinilah surga makan seafood sepuasnya. Kita bisa membeli seafood sesuai keinginan jenis dan banyaknya, kemudian kita bisa meminta warung yang ada di sana untuk membuat masakan sesuai selera kita. Hemmm..yummi bukan.

Rute : Yogyakarta-Parangtritis.

2. Boron-Kukup
Kalau untuk kedua pantai ini, Saya lupa tepatnya pernah kesana waktu umur berapa. Mungkin sekitar 7 tahun yang lalu. Kedua pantai ini berdekatan, jadi klo kita kearah Baron, bisa sekalian mengunjungi kukup, namun kedua pantai ini berbeda dari segi pasir pantainya. Pantai Baron masih memiliki pasir untuk kita bermain, sedangkan di kukup ada banyak batu-batu karang yang kalau kita tidak berhati-hati bisa membuat kaki terluka. Selain itu Pantai Baron memang sudah terkelola lebih baik dibandingkan dengan pantai kukup.

Beberapa pantai di Selatan berada pada satu garis sehingga memungkinkan kita untuk melakukan susur pantai. Seperti susur pantai Boron-Kukup-Krakal-Sundak.

Rute : Dari Yogyakarta ke Wonosari, dari Wonosari ke arah selatan menuju Kawasan Wisata Baron-Kukup-Krakal. Ketika sampai pertigaan ambil jalan ke kiri menanjak melewati bukit.

3. Sundak
1st Sundak
Dua kali Saya ke Pantai ini, yang pertama kali Saya dan teman-teman mendapati pantai Sundak dengan air yang Pasang, kami bisa bermain-main air dan ombak. Dan yang kedua kalinya, lautnya surut, sehingga kami bisa menyusuri bibir pantai, yang menghubungkan pantai satu dengan pantai lainnya tanpa harus melewati daratan.

Rute : Pantai Sundak berada di jajaran pantai selatan berderet dengan pantai Kukup, Krakal, dan Pantai Baron.
2nd Sundak

Selengkapnya...

21 Oktober 2010

Bermula dari keinginanku untuk melakukan hal baru, aku bergabung dengan komunitas Backpacker Indonesia. Beberapa bulan aku hanya mengamati forum itu dan belum terlibat kegiatan-kegiatan didalamnya. Hingga disuatu hari, aku benar-benar sedang ingin keluar jalan dan kebetulan forum sedang merencanakan perjalanan ke Pulau Tidung kepulauan Seribu, maka langsung saja kuajak dua orang temanku ikut ambil bagian di trip itu.

Trip kali itu diikuti oleh 37 peserta Backpack dari Jabodetabek dan sekitarnya. Jadilah hari sabtu pagi tanggal 9 Oktober, aku dan kedua teman baikku mencari 34 rombongan lain di pelabuhan Angke. Kami belum mengenal satu dengan lainnya, dan baru bertemu, berkenalan, dan melakukan kegiatan bersama disaat itu, sungguh merupakan pengalaman yang baru dan luar biasa.

Pelabuhan Angke pagi itu sedang muram, hujan sedari pagi tidak berhenti dan sejauh mata memandang langit tertutup awan hitam. Sempat ragu muncul di hati melihat cuaca yang tidak mendukung, ditambah dengan tim yang belum berkumpul juga satu jam setelah meeting point. Awalnya aku masih semangat, dan berusaha menyemangati teman-teman lain yang juga sudah mulai gusar, tapi setelah satu setengah jam menunggu akhirnya aku mulai bĂȘte juga. (hahaa).

Jam 8 pagi teman-teman akhirnya terkumpul juga (telat 2 jam dari jadwal yang disepakati), kami berangkat ke pulau tidung dengan kapal penumpang 2 bagian, bagian dek dan bagian atas (jangan bayangkan kapal pesiar atau yacht yah, karna sangat jauh berbeda). Sebagai orang yang “parno”, aku agak ga yakin untuk berangkat, tapi tour guide kami meyakinkan bahwa di Tidung cuaca sedang sangat cerah, jadi sayang kalau dibatalkan. Sebelumnya aku sempat memarahi tour guide kami itu, karna dia memakai jahet merah menutupi baju orange dia, padahal meeting point kami, kami harus mencari guide dengan baju orange dan membawa spanduk. Lah ini, sudah tidak membawa spanduk, ehh..baju orange nya ditutupi jaket (jumper) merah. Hufft..

Setelah perjalanan hampir 3 jam dengan kapal motor, bĂȘte, kesal dan ngantuk terbayarkan sudah. Pulau ini benar-benar luar biasa, can’t tell in the words, just see our pictures, it have its own story :



1. Can you see the house friends?? yes it’s simple house, but it’s very clean and smell good. Sejauh saya berjalan di Pulau yang kecil itu, saya memang tidak menemukan adanya hotel berbintang di pulau itu. Jadi seluruh pengunjung yang datang ke pulau itu akan menggunakan rumah penduduk asli untuk menginap di malam hari. Ada dua pilihan jenis rumah yang bisa dipilih, yakni rumah dengan AC atau non-AC. 
Selengkapnya...